Pelajaran berharga dari seekor Burung - Cerita Sejarah Islami

Pelajaran berharga dari seekor Burung

 بسم الله الرحمن الرحيم

Disebuah negri ada seorang pedagang bernama Al Balkhoi. Suatu hari Al bakhoi akan berangkat berdagang merantau ke negri orang,sebelum pergi ia berpamitan kepada sahabatnya yang terkenal sufi dan zuhud bernama Ibrahin Bin adham. Kepergian Al Balkhoi kali ini akan memakan waktu yang lama karena jarak yang jauh dan juga ia harus mampu menjual seluruh barang dagangannya.

Namun entah sebab apa dalam waktu singkat Al Bakhoi sudah kembali ke kampungnya,ia lalu menemui sahabatnya Ibrahim. Ibrahim terheran karena sahabatnya telah kembali dalam waktu yang cepat padahal ibrahim memperkirakan beberapa bulan baru bisa kembali.
"Assalamu`alaikum warahmatullah wahai sahabatku ibrahim." Salam Al Bakhoi memulai percakapan
"Wa`alaiku, salam warahmatullah wabarokatuh sahabatku Al Bakhoi, Engaku begitu cepat kembali padahal perkiraanku engkau akan kembali dalam beberapa hari lagi." Jawab Ibrahim
"Aku belum sampai ke kota tujuanku wahai sahabatku,di perjalananku pada sebuah gurun yang sangat luas tak kujumpai seorangpun,suasananya sangat sunyi senyap. Hanya suara angin yang menderu menerbangkan debu gurun,tiba tiba langkahku terhenti ketika aku melihat seekor burung dari kejauhan.Aku penasaran dengan burung itu sehingga aku amati burung tersebut." Ujar Al Bakhoi
"Apa yang engkau dapati setelah mengamati burung itu wahai sahabatku?" Tanya Ibrahim
"Karena penasaranku semakin besar maka aku putuskan untuk mendekati burung tersebut,sungguh aneh dari jarak yang begitu dekat burung tersebut tidak merasa takut akan kehadiranku.Setelah ku amati ternyata burung tersebut buta dan lumpuh,sempat terlintas dalam fikiranku bagaimana cara burung ini bertahan hidup dengan kondisinya seperti itu." Jawab Al Balkhoi
Al balkhoi melanjutkan ceritanya " Belum sempat terjawab pertanyaanku tiba tiba datanglah seekor burng lain datang menghampiri burung cacat tersebut dengan membawa makanan di paruhnya. Burung yang baru datang menyuapi burung cacat tersebut,sesaat kemudian burung tersebut terbang dan tak lama kemudian ia kembali dengan membawa makanan dan kembali menyuapi burung cacat tersebut,hal itu terjadi sampai beberapa kali  sampai burng cacat tersebut terlihat penuh temboloknya."
"Aku benar benar heran,sejenak aku berfikir burung cacat ini dapat hidup meski ia tidak pergi dari tempatnya.Allah telah memberikan rezeki kepada burung ini dari jalan yang tidak terduga. dari situlah aku memutuskan untuk kembali ke kampung,aku yakin allah akan tetap memberikan aku rezeki. "Kata Al Balkhoi

Ibrahim terheran dengan perkataan sahabatnya tersebut "Wahai sahabatku engkau sudah berniat mencari nafkah dengan berdagang dengan berdagang allah memberikan engkau rezeki untuk engkau makan bersama anak dan istrimu tapi mengapa engkau memutuskan untuk tidak berdagang?" tanya Ibrahim
"Setelah aku mengamati burung cacat yang aku temui di gurun ia mendapatkan rezeki meski ia tidak mencari rezeki tersebut,Aku berfikir jika aku tetap berada di kampung halamanku aku akan tetap mendapatkan rezeki dari allah sebagaimana burung tersebut." Jawab Ibrahim

Mendengar jawab dari sahabatnya Ibrahim bin Adham hanya dapat tersenyum,ia kemudian berkata "Wahai sahabatku Apakah engkau suka seperti burung cacat tersebut yang tak dapat hidup jika tidak ada bantuan dari burung lain? Bukankah engkau tahu bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan dibawah?"

Al Balkhoi terdiam dan tampak berfikir keras,ia merenungkan kata kata sahabatnya.Akhirnya ia sadar bahwa Manusia yang memberi lebih mulia dari pada manusia yang meminta.

"Wahai sahabatku,terimakasih karena engkau menyadarkanku dari kekeliruanku. Maka dari itu aku akan kembali berdagang." Jawab Al Balkhoi
"Sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita sebagai sesama muslim untuk saling ingat mengingatkan" Jawab Ibrahim.
Back To Top