SERATUS TAHUN TIDURNYA UZAIR - Cerita Sejarah Islami

SERATUS TAHUN TIDURNYA UZAIR

Dikisahkan pada suatu hari Uzair berkeliling ke sebuah perkebunan yang ditumbuhi oleh aneka ragam pepohonan yang ranum dan menghijau. Sepanjang perjalanan, bibirnya selalu basah oleh kalimat dzikir mengagumi penggalan keindahan yang Allah hamparkan di jagad raya ini. Sesekali Uzair memetik dan mencicipi buah-buah segar yang bertengger di pepohonan ranum itu, tak henti-hentinya matanya menerawang ke berbagai sudut keindahan kebun sehingga tanpa sadar ia telah meninggalkan jauh dari tempatnya bermukim.

Beberapa saat kemudian, Uzair sadar bahwa keledai yang ditungganginya telah membawanya ke daerah yang sama sekali tak dikenalinya. Rasa lelah mulai menderanya, begitu juga keledai yang begitu setia menemaninya.
“Kampung apa ini?” Uzair membatin.
Uzair menatap heran daerah yang baru dijumpainya itu. Tak Nampak kehidupan diperkampung ini, bangunan rumah dan tokoyang terhampar diperkampungan itu porak poranda. Di antara puing-puingbangunan itu, Nampak sosok-sosok tubuh manusia bergalimpangan tanpa nyawa dalam kondisi yang sangat mengenaskan.
“Apakah ini korban tsunami…?” Tanya Uzair membatin.
Di sebuah bangunan yang nyaris roboh, Uzair menghentikan langkahnya. Usai menambatkan keledainya, ia pun duduk bersandar di sisa-sisa dinding bangunan itu dan meletakkan dua keranjang berisi buah-buahan di sisi kanannya. Pikirannya selalu terganggu oleh bayangan mayat-mayat yang mengenaskan itu.
“Bagaimana orang-orang yang sudah mati dan hancur itu akan dihidupkan Allah untuk kembali di negeri akhirat?” Tanya Uzair dalam hati.
Pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul dalam benak Uzair rasionya belum mampu menemukan jawabanya . seganap enarginya pun terkuras, tubuhnya makin terasa lemas. Rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya, beberapa detik kemudian ia sudah tertidur lelap.
Dalam tidur itu, Uzair dipertemukan dengan arwah jenazah-jenazah yang membusuk dan hancur itu. Arwah itu bercerita bahwa suatu saat bala tentara musuh menyerbu desa mereka. Secara membabi buta, pasukan tersebut menghabisi satu persatu nyawa penduduk desa itu dan menghancurkan bangunan-bangunannya.
Uzair tampak begitu lelap dengan tidurnya, Allah telah menganugerahkan mimpi-mimpi indah untuknya. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, namun Uzair tidak bergeming dari tidurnya. Generasi-generasi baru bermunculan, puing-puing dan mayat yang terhampar di sudut-sudut desa itu sudah tak terlihat lagi. Bangunan-bangunan dengan corak yang baru berdiri dengan megahnya. Segalanya serba berubah,.

Sementara itu Uzair masih menikmati tidurnya. Uzair tetap terus tidur bersandar di dinding itu selama ratusan tahun lamanya, dagingnya Nampak hancur. Tulang belulang yang menyangga jasadnya hancur berderai. Kemudian jasadnya yang telah hancur itu disusun kembali oleh Allah dan dibangunkan.

Seketika itu juga, Uzair terjaga dari tidurnya. Kemudian berdiri sambil menggeliat layaknya orang habis bangun tidur. Matanya menerawang mencari keledai dan keranjang yang berisi buah-buahan miliknya. Beberapa saat kemudian datanglah sosok-sosok berjubah putih menghampiri Uzair, sosok berjubah putih yang tak lain adalah para malaikat itu melontarkan beberapa pertanyaan kepadanya. “Hai Uzair, tahukah engkau, berapa lama engkau tertidur?” Tanya malaikat.
“Saya tertidur satu atau setengah hari,” jawab Uzair polos.
“Ketahuilah wahai Uzair, kamu tertidur disini selama seratus tahun lamanya. Di sini engkau berbaring, kehujanan, tersengat teriknya matahari, bahkan tubuhmu terkadang diterjang badai topan. Dalam masa yang begitu panjang, buah-buahanmu tetap utuh di keranjang. Tetapi coba kamu lihat keledaimu itu, tubuhnya hancur dan daginnya sudah busuk.” Tutur malaikat.

Selanjutnya malaikat itu menambahkan bahwa kekuasaan Allah begitu besar. Allah dapat menghidupkan kembali orang yang sudah mati dan mengembalikan jasad-jasad yang sudah hancur lebur dan membangkitkan semua manusia yang sudah mati itu di akhirat nanti untuk diperiksa dan diadili segala perbuatannya.

“Hal ini diperlihatkan oleh Allah kepadamu agar imanmu makin mantap. Di samping itu, kamu diamanatkan untuk mengkhabarkan kejadian ini kepada umatmu, sehingga kamu dan umatmu makin yakin tentang apa yang diterangkan Allah tentang akhirat itu,” kata malaikat
“Sekarang saya makin yakin bahwa Allah itu Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu,” Ucap Uzair.

Belum kering bibir Uzair berucap, tiba-tiba keledai yang sudah hancur berderai itu dikumpulkan daging dan tulangnya. Beberapa detik kemudian, binatang itu bisa bergerak-gerak dan berdiri seperti sedia kala.
“Subhanallah, sungguh Engkau benar-benar Maha Kuasa atas jagad raya dan isinya ini.” Ucap Uzair.

Lalu Uzair menunggangi keledai itu dan mengajak kembali kerumahnya yang dulu. Ia tak tahu lagi arah pulang, sepanjang jalan Ia memohon kepada Allah agar dibentangkan jalan untuknya. Jalan-jalan sudah sangat sukar untuk dikenali, karena segalanya telah berubah. Ia mencoba mengingat apa yang pernah dilihatnya seratus tahun yang lalu.

Do’a Uzair pun terjawab, setelah menempuh berbagai kesukaran, Allah telah menuntunya sampai kerumahnya. Ia pandangi rumahnya secara saksama. Kondisinya sudah tidak normal lagi. Tiang-tiang penyangga rumahnya nampak keropos, dinding-dindingnya pun sudah hancur. Ketika Uzair menatap keadaan sekeliling rumahnya, Nampak seorang perempuan tua yang buta tengah berjalan di dekatnya.
Ia pun menyapa wanita itu dan bertanya, “Apakah ini rumah Tuan Uzair?”
“Ya,” jawab wanita tua itu. “Inilah rumah Uzair, tetapi ia telah lama pergi dan tiada lagi terdengar beritanya, sehingga semua orang pun lupa padanya. Saya sendiri tidak pernah membicarakannya kecuali saat ini.” Jawab wanita buta itu
“Sayalah Uzair,” kata Uzair penuh keyakinan. “Saya telah ditidurkan oleh Allah selama seratus tahun lamanya, sekarang saya sudah dibangunkan kembali.”

Wanita tua itu terkejut seakan-akan tidak percaya dengan apa yang didengarnya, lalu ia berkata, “Uzair itu adalah orang yang paling shaleh, do’anya selalu diijabah Allah dan telah banyak jasanya dalam menyembuhkan orang yang sakit parah. Saya ini adalah pembantunya, tubuh saya telah tua dan lemah, mata saya buta karena selalu mengenang dan menangisi Uzair. Kalaulah tuan benar-benar Uzair, maka coba do’akan agar mata saya terang kembali dan dapat melihat tuan.”  kata wanita itu

Uzair lalu menengadahkan tangan ke atas, memohon kepada Allah agar wanita tua yang ada di hadapannya disembuhkan dari kebutaan. Secara tiba-tiba, mata wanita tua itu terbelalak dan dapat melihat lagi. Tubuhnya yang tua dan lemah itu kembali kuat seperti muda lagi. Setelah menatap wajah Uzair dengan saksama, wanita itu berkata dengan penuh yakin, “Benar, tuanlah Uzair. Saya masih ingat.” Wanita tua itu terus menciumi tangan Uzair yang Nampak lebih muda darinya.

Penantiannya selmaa seratus tahun tak sia-sia meski harus meratapi kebutaan. Uzair pun ingat bahwa wanita itu adalah pembantunya yang paling setia mendampinginya. Wanita itu lalu mengajak Uzair pergi ketempat berkumpulnya bangsa Israil. Dihadapan mereka, Uzair memperkenalkan diri bahwa seratus tahun yang lalu ia pernah tinggal di desa ini. Kabar tentang kembalinya Uzair telah menggemparkan seisi desa. banyak diantara penduduk desa yang meragukannya, bahkan ada yang tidak percaya termasuk anak kandungnya.

Mereka ingin sekali menguji kebenaran cerita itu. Beberapa saat kemudian, Uzair didatangi oleh anak kandungnya yang sudah berumur lanjut. Anak yang dahulu sering ditimang-timangnya, kini nampak jauh lebih tua darinya.

“Saya masih ingat bahwa ayah saya mempunyai tanda dipunggungnya. Coba perlihatkan tanda itu, kalau ada benarlah anda Uzair, ayah saya.” Ucap anak Uzair.
Uzair pun memperlihatkan sebuah tanda dipunggungnya, banyak diantara mereka yang memecayainya. Namun sebagian diantara mereka ada yang masih ragu, mereka ingin bukti lebih nyata.
“Sejak Nebukadnezer dan bala tentaranya menyerang bangsa Israil, mereka juga telah membakar kitab suci Taurat, maka tak seorangpun Bani Israil yang hafal isi Taurat kecuali Uzair. Kalau tuan benar-benar Uzair, coba Tuan sebutkan isi Taurat dengan benar!” ucap mereka.

Uzair pun membaca isi Taurat satu persatu dengan fasih dan lancar serta tidak salah walau sedikitpun. Keraguan-keraguan yang mendera mereka seketika itu juga langsung hilang, bangsa Israil akhirnya percaya bahwa dialah Uzair yang telah mati dan dihidupkan kembali oleh Allah. Mereka pun langsung menyerbu Uzair untuk menciumi tangannya serta meminta nasihat dan arahan darinya. Uzair pun dengan senang hati merelakan tangannya diciumi banyak orang dan tak segan-segan memberikan nasihat kepada mereka tentang kebenaran hari akhir.

Sumber : Rublik Hikayah kitab dalam Majalah Hikayah edisi 04 tahun 2005
Back To Top