Kisah seorang pemuda dan pendeta - Cerita Sejarah Islami

Kisah seorang pemuda dan pendeta

Pada zaman dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah lanjut usia, ia berkata kepada sang Raja, “Sasungguhnya aku sekarang sudah tua renta. Karenanya, aku minta kepada Tuan untuk mengirim seorang pemuda, nanti dia kuajari ilmu sihir.”

Raja lalu mengirimkan seorang pemuda agar belajar ilmu sihir. Namun di tengah perjalanan menuju ke tempat tukang sihir, sang Pemuda itu bertemu dengan Rahib (Pendeta). Pemuda itu mendengarkan sesuatu yang disampaikan oleh pendeta itu kepadanya. Sampai-sampai ia terlambat sampai di tukang sihir. Ketika sampai di tempat penyihir, pemuda itu langsung dihajar oleh Tukang Sihir. Ia mengadukan hal itu kepada pendeta.

Maka sang pendeta berkata, “Apabila kamu takut terhadap Tukang sihir, maka katakanlah bahwa kaluargamu menahanmu. Jika kau takut kepada keluargamu, maka katakana bahwa si Tukang sihir menahanmu!”

Suatu ketika dalam perjalanan, pemuda tersebut menjumpai seekor binatang yang sangat besar. Orang lain pun tidak berani meneruskan perjalanan. Saat itulah sang Pemuda berkata, “Nah, hari ini aku akan mengetahui apakah tukang sihirkah yang lebih utama atau pendeta?”

Pemuda itu mengambil batu seraya berkata,”Ya Allah, apabila ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai maka matikanlah binatang besar itu agar orang-orang bisa meneruskan perjalanan!”

Batu itu dilemparkannya dan binatang itupun tewas.  Orang-orang dapat melanjutkan perjalanan mereka. Pemuda itu pun mendatangi sang Pendeta dan menceritakan sesuatu yang baru saja dialaminya. Sang pendeta berkata, “Wahai anakku, kamu sekarang lebih utama dariku karena telah menguasai segala yang kuketahui. Dan ketahuilah bahwa kamu nanti akan mendapat ujian. namun ingatlah,jika kamu di uji janganlah menyebut-nyebut namaku!”

Pemuda itu pun dapt menyembuhkan orang buta, penyakit belang dan berbagai penyakit lain. Suatu ketika tersiar kabar bahwa kawan Sang Raja sakit mata hingga buta. Sudah berobat kemana-mana namun tak juga sembuh. Penderita sakit mata itu pun datang ke rumah sang Pemuda dan membawa berbagai hadiah. “Seandainya kamu dapat menyembuhkan mataku, maka aku akan memenuhi segala permintaanmu!”
Sang pemuda menjawab, “Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan, namun yang menyembuhkan hanyalah Allah Ta`ala. Apabila engkau beriman kepada Allah pastilah aku akan berdoa kepadaNya agar matamu sembuh.” Orang tadi lalu beriman dan sembuhlah penyakitnya.
Orang itu mendatangi sang Raja dan duduk bersama sebagaimana biasanya.

Sang raja bertanya, “Siapakah yang menyembuhkan matamu?”
Jawab orang itu, “Tuhanku.”
Sang raja bertanya, “Apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku?”
Ia menjawab, “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.”

Sang raja langsung menyiksa orang itu dan memaksa untuk menunjukkan tempat pemuda yang membimbingnya. Dipanggilah sang pemuda itu.

Lalu sang Raja berkata, “Wahai anakku, sihirmu sangat hebat sehingga dapat menyembuhkan orangbuta, dan penyakit lainnya sehingga kamu bisa berbuat ini dan itu”
Sang pemuda menjawab, “Sesungguhnya yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah.”

Sang Pemuda lalu disiksa dan dipaksa agar menunjukkan siapa yang mengajarinya. Sang pemuda terpaksa menunjukan tempat sang gurunya itu. Maka dipanggilah Sang Pendeta untuk menghadap Raja.

Raja berkata, “Wahai Pendeta, kembalilah ke agamamu semula!” namun sang pendeta tidak mau. Akhirnya sang Raja menyuruh algojo untuk menggergaji tubuhnya mulai dari atas kepala sehingga terbelah tubuh itu menjadi dua.
Lalu kawan Raja dipanggil juga dan dikatakan, “Kembalilah kau ke agamamu semula!” orang itu menolak, maka ia mengalami nasib yang sama. Badanya di gergaji dan terbelah menjadi dua.
Lalu sang pemuda itupun diminta untuk kembali ke agamanya semula, “Kembalilah ke agamu semula!” namun sang Pemuda dengan tegas menolak.

Ia diserahkan kepada pengawal, “Wahai pengawal, bawalah pemuda ini ke atas gunung. Jika sampai di puncak, paksalah agar ia kembali ke agamanya semula. Kalau menolak, lemparkan dari atas gunung itu agar mampus!”

Sang Pemuda dibawanya ke puncak Gunung.
Sampai di puncak ia berdoa, “Ya allah, hindarkanlah aku dari kejahatan mereka sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki!” tiba-tiba berguncanglah gunung itu sehingga para pengawal justru yang berguling-guling dari puncak gunung.

Sang pemuda lalu mendatangi sang Raja.
Sang raja bertanya kepada pemuda itu, “Apa yang diperbuat oleh para pengawal?” Pemuda itu menjawab, “Allah telah menghindarkan aku dari kejahatan mereka.”

Pemuda itu lalu ditangkap dan diserahkan kembali ke pengawal lainnya dan dibawalah naik kapal agar ditenggelamkan di lautan. Pasukan pengawal membawanya naik kapal.
Pemuda itu berdoa. “Ya Allah, hindarkanlah aku dari kejahatan mereka ini, sesuai yang Engkau kehandaki!” Seketika kapal yang mereka tumpangi tenggelam.

Sang pemuda kembali menghadap Raja.
Sang raja bertanya, “Apa yang dilakukan oleh pengawalku terhadapmu?”
Sang Pemuda menjawab, “Allah telah menghindarkan aku dari kejahatan mereka. Sesungguhnya engkau tidak akan bisa membunuh aku sebelum engkau memenuhi permintaanku.”
Raja bertanya, “Apa yang kau inginkan?”
Pemuda itu menjawab, “Engkau harus mengumpulkan banyak orang dalam satu lapangan dan saliblah aku diatas sebuah tiang. Lalu ambilah anak panahku dari tempatnya dan pasang pada busurnya, bacalah kalimat: Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini. Lalu lepaskan anak panah itu kearahku. Apabila engkau berbuat seperti itu, maka engkau akan berhasil membunuhku.”

Raja pun memenuhi permintaan sang Pemuda itu. Lalu menyiapkan panah. Sang raja membaca, “Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini!” lalu anak panah dilepaskan mengenai pelipis pemuda itu sehingga ia meletakkan tangannya pada pelipis yang terluka. Tak lama kemudia sang pemuda tewas.

Pada saat itu orang-orang yang berkumpul serentak berkata, “Kami beriman dengan Tuhan Pemuda ini!”
Ada seseorang yang menyampaikan hal itu kepada sang Raja, “Wahai tuan Raja, tahukah engkau, ternyata apa yang engkau khawatirkan selama ini telah terjadi. Demi Allah kekhawatiranmu tidak ada gunanya sama sekali karena orang-orang telah beriman kepada Allah.”

Raja lalu memerintahkan agar membuat parit besar disetia persimpangan jalan. Di dalamnya dinyalakan api. Lalu memerintahkan kepada siapa saja yang tidak mau kembali ke agama semula, agar di lempar ke dalam parit tersebut. Perintah itu dilaksanakan. Ada seorang wanita yang tetap berpegang teguh pada agama yang benar. Ia membawa bayinya dan merasa sangat kasihan terhadap anak itu kalau ikut serta masuk ke dalam api.

Namun sang bayi berkata, “Wahai ibu, sabarlah, karena engkau berada dalam kebenaran.”



Sumber : Terjemahan Riyadhush sholihin
Penerbit : Gita media press
Back To Top